Senin, 02 Mei 2011

Kisah Cinta Nabi saw dengan istreinya



Kisah Cinta Nabi saw 


MANDI BERSAMA-SAMA ISTERI
Imam Al-Bukhari meriwayatkan;
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ تَخْتَلِفُ أَيْدِينَا فِيهِ
Maksudnya;
“Daripada Aisyah R.Ha berkata : aku sentiasa mandi bersama dengan Nabi SAW daripada satu bekas. tangan kami sama-sama berselisih (ketika menggunakan air dalam bekas itu)
[1]
URAIAN
Dari hadis ini, kita dapat melihat bagaimana indah dan romantiknya Nabi Saw dengan Isteri-isterinya. Gambaran romantic ini, dirakamkan sendiri oleh Aisyah yang bercerita bagaimana Baginda SAW boleh mandi bersama-sama sehingga tangan mereka berselisih dan berganti-gantian.
Mandi yang dimaksudkan dalam perbincangan ini, tidak dikhususkan kepada mandi biasa, bahkan termasuk juga mandi jinabah atau disebut sebagai mandi wajib.
Dalam hadis riwayat Imam Muslim, ada dinyatakan;
كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَنَحْنُ جُنُبَانِ
Maksudnya;
“Aku selalu mandi bersama dengan Rasulullah SAW daripada satu bekas, dan kami ketika itu sedang berjunub
[2]

Tindakan nabi SAW ketika mandi itu, tidak sekadar mandi bersama-sama, bahkan Aisyah juga pernah bercerita bahawa ketika sedang Nabi SAW mandi bersama, Baginda SAW merungkai-rungkaikan rambut Aisyah
[3].
Dan pernah sambil mandi, mereka bergurau-gurau. Mereka berdua bermain-main air, dengan berebut-rebut mengambil air sehinggakan Aisyah dalam suasana sedang berseronok-seronok meminta kepada Nabi agar air itu disimpan untuknya kerana semuanya telah diambil oleh Nabi SAW
[4].
Bahkan dalam hadis yang lain, Ummu salamah pernah bercerita bahawa dia mandi bersama dengan Nabi SAW dan ketika itu Baginda menciumnya. Hal ini berlaku, ketika Baginda sedang berpuasa
[5].
Dengan ulasan ini, penilaian yang kita dapat ambil adalah, sebagai manusia yang menjadi Umat Nabi Muhammad SAW, selayaknya kita mencontohi amalan Rasulullah SAW ini.
Anggapan yang mengatakan bahawa mandi bersama-sama dengan Isteri merupakan amalan jelek, merupakan satu anggapan yang salah dan tersasar dari ajaran islam. Bahkan, jika ditanya kepada kaum hawa, pasti mereka akan merasakan dihargai jika mereka diperlakukan sedemikian oleh suami mereka.
Sebagai isteri pula, tidak selayaknya kaum hawa menolak apabila di ajak oleh suami mereka untuk mandi bersama. Lihatlah Aisyah dan Ummu Salamah yang tidak menolak ajakan Nabi SAW untuk mandi bersama-sama. Bahkan, dilihat bahawa Aisyah amat berbangga dengan tindakan Nabi yang mandi dengannya sehingga sanggup menceritakan hal ini. Jika tidak, masakan kisah ini dibukukan dalam kitab-kitab hadis.
Sekian

[1] Sahih Al-Bukhari : hadis no : 253.
[2] Sahih Muslim : 482.
[3] Sahih Muslim : 498.
[4] Sunan An-Nasai : 239.
[5] Mushad Ahmad : 25355.


Download gratis berbagai materi Agama Islam :
http://www.islamhouse.com/
http://ustadzsekhanasholihjayabangsablog.blogspot.com/

Rabu, 19 Januari 2011

IMAN SESEORANG AKAN DIUJI

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.Al-‘Ankabut ayat 2 dan 3

   Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada kita, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah dan tujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan sesaat, ingin mendapatkan kemenangan dan tidak mau menghadapi kesulitan seperti yang digambarkan Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam surat Al-Ankabut ayat 10:
   Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguh-nya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia”?

 Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu Surga sebagaimana yang dijanjikan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala :

   Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bagi mereka adalah Surga Firdaus menjadi tempat tinggal. (Al-Kahfi 107).

   Maka marilah kita bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan Allah kepada kita, dan bersabarlah kala ujian itu datang kepada kita. Allah memberikan sindiran kepada kita, yang ingin masuk Surga tanpa melewati ujian yang berat.

   Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan keseng-saraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguh-nya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah 214).

   Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman mereka.


  Cobalah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita memper-hatikan perjuangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka, tenaga mereka, pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. Rasanya iman kita ini belum seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah sementara pengorbanan kita sedikit pun belum ada?