Selasa, 28 Mei 2013

Dahulu Konstantinopel sekarang Istanbul.




Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” (H.R. Ahmad, ad-Darimi, al-Hakim)
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (H.R. Ahmad bin Hanbal al-Musnad 4/335)
Hadis di atas merupakan salah satu motivasi umat Islam dalam merebut Konstantinopel. Letak Istanbul sangat strategis, karena itu Napoleon Bonaparte pernah menggambarkan,”Jika di dunia hanya terdapat satu negara, maka ibukotanya adalah Istanbul”. Selain penghubung Asia dan Eropa, kota ini sejak dulu menjadi pusat peradaban dan kebudayaan. Istanbul terpilih menjadi Ibokota Kebudayaan Eropa hingga tahun 2010 dan terdaftar dalam salah satu daftar warisan pusaka dunia UNESCO sejak tahun 1985. (wikipedia)
Istanbul merupakan kota dengan kepadatan penduduk terbesar ketiga di Eropa. Sebagai pusat kebudayaan dan finansial negara Turki. Kota ini terletak di barat daya wilayah Marmara di tepi bagian selatan selat Bosporus yang menghubungkan benua Asia dan Eropa. Bagian barat Istanbul adalah Eropa sedangkan Bagian Timur Istanbul masuk wilayah Asia. Luasnya sekitar 1536 kilometer persegi.
Dalam perjalanan sejarahnya, kota ini menjadi ibukota dari beberapa imperium besar, kerajaan Romawi (330-395 M), Byzantium (395-1204 M dan 1261-1453 M), kerajaan Latin (1204-1261 M) dan terakhir Turki Usmani tahun 1453-1922 M. (wikipedia)

Istanbul Sebelum Islam
Sejarah Konstantinopel dimulai pada abad ke-empat masehi. Kekuasaan Imperium Romawi Kuno berkembang dengan pesat. Konstantinus Yang Agung merasa kota Roma sudah tidak layak untuk menjadi ibukota. Akhirnya ia memilih daerah yang sekarang bernama Istanbul sebagai ibukota baru kerajaan Romawi.
Ia membangun benteng dan memperluas kota Konstantinopel. Kaisar Konstantinus Yang Agung membangun gedung pemerintahan, rumah-rumah ibadah, istana, dan pemandian umum. Kemudian pada tahun 330 M, Kaisar Konstantinus secara resmi menetapkan Konstantinopel sebagai ibukotanya. Konstantinopel berarti Kota Kaisar Konstantinus. Penerusnya, Kaisar Konstantinus II melanjutkan pembangunan. Ia mengembangkan dan memperindah kota dengan membangun saluran air dan monumen.
Pada tahun 395 masehi, kerajaan Romawi akhirnya dibagi menjadi dua wilayah, Romawi Barat dan Romawi Timur. Romawi Barat runtuh pada abad kelima masehi, sedangkan Romawi Timur mampu bertahan selama seribu tahun.
Sejarawan modern memilih Byzantium untuk menyebut Romawi Timur. Tujuannya untuk membedakan dengan Romawi Barat. Agama Nasrani awalnya berkembang pada masa Byzantium. Segala bentuk upacara keagamaan mengikuti tradisi Kristiani. Sedangkan hukum dan peraturan pemerintahan diadopsi dari Roma.
Pada pertengahan abad kelima masehi, Kaisar Theodosius memperluas kota Konstantinopel. Ia mengitari kota dengan membangun sebuah benteng yang megah. Panjang benteng mencapai 6492 meter. Satu abad kemudian, kerajaan Byzantium mencapai puncak kejayaannya di bawah Kaisar Justinian.
Masa-masa keemasan telah dilalui kerajaan Byzantium. Kota Konstantinopel berhiaskan monumen dan gereja. Keadaan ini mengundang hasrat dari bangsa Persia dan Arab untuk merebut Konstantinopel. Beberapa serangan dari Persia mampu dipatahkan oleh Byzantium. Namun antara tahun 726 hingga 842 M, keluarga kerajaan saling berebut kekuasaan. Gereja dituduh menjadi dalang dibalik segala keributan. Akibatnya pemerintah melarang segala jenis bentuk peribadatan. Hampir semua simbol keagamaan seperti patung dan lukisan dihancurkan. Setelah itu, tahta kerajaan dengan mudah berpindah tangan dari raja satu ke raja lain.
Akibat krisis intern kerajaan, Byzantium tidak mampu bertahan ketika Kerajaan Latin menduduki Konstantinopel tahun 1204 M. Tentara Latin berisi prajurit dari angkatan perang pada Perang Salib keempat. Selama 57 tahun tentara Latin merampok biara, monumen dan gereja yang ada di Konstantinopel. Baru pada tahun 1561 M pihak kerajaan mampu mengambil kendali Konstantinopel. (istanbul.gov.tr)

Penaklukan Istanbul
Usaha-usaha penaklukan Konstantinopel telah dilakukan umat Islam sejak masa sahabat. Upaya pertama dilakukan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668 M, namun gagal dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub al-Anshari ra. gugur. Sebelumnya Abu Ayyub sempat berwasiat jika ia wafat meminta dimakamkan di titik terjauh yang bisa dicapai oleh kaum muslim. Dan para sahabatnya berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di wilayah Golden Horn. (Syalabi, 1998: 16)
Generasi berikutnya, baik dari Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah hingga Turki Utsmani pada masa pemerintahan Murad II juga gagal menaklukkan Byzantium. Salah satu peperangan Murad II di wilayah Balkan adalah melawan Vlad Dracul, seorang tokoh Perang Salib yang bengis dan sadis. Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, hingga anak Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta Turki Utsmani. Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M. (Hitti, 1970: 905-906). Sejak saat itu sultan Muhammad mengganti nama Konstantinopel menjadi Istanbul, artinya “Tahta Islam”. Ia juga memindahkan ibukota kerajaan ke daerah baru tersebut. Sebelumnya ibukota Kerajaan Usmani adalah Adrianopel. Sebuah kota dari negara Asia yang terletak di wilayah Eropa (Maryam, 2003:131)
Sejarah menyebutkan tidak pernah ada pembantaian terhadap penduduk Konstantinopel. Bahkan, pemerintahan Islam Usmani bekerja sama dengan umat Kristen untuk kembali membangun perekonomian, menjalin persahabatan dengan Yunani. Dinasti Usmani juga terus mengepakkan sayap kekuasaannya ke wilayah Mesir, Arabia, dan Syiria. Yang tak kalah pentingnya, kerajaan Usmani menyebarkan ajaran Islam hingga ke kawasan Balkan. (www.yunusnews.com.)
Seiring dengan menancapnya dominasi Islam, wajah bekas kota Konstantinopel itu pun berganti rupa. Bangunan masjid bermunculan, namun tetap dengan corak arsitektur Bizantum yang khas.
Guna menambah jumlah penduduk Muslim di Istanbul, umat Islam yang tinggal di Anatolia dan Rumelia dianjurkan untuk bermigrasi ke Istanbul. Akhir 1457, penduduk Edirne migrasi besar-besaran ke Istanbul. Pada 1459, kota terbesar di Eropa itu dibagi menjadi empat wilayah administratif.

Perkembangan Peradaban Islam
Penaklukkan Konstantinopel merupakan jalan mulus bagi Muhammad al-Fatih untuk membuka pintu perluasan ke Eropa. Dari sinilah zaman baru bagi Turki Usmani dimulai. Era keemasan Turki Usmani terjadi pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1574) dan Salim II (1566-1574). Raksaa baru ini berdiri mengangkang di Bosporus, satu kakinya di Asia dan kaki lainnya di Eropa. Penguasa Turki merasa bahwa ialah pewaris kekaisaran Byzantium.
Sebagai ibukota,di sinilah tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Bangsa Turji Usmani mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Sebagai bangsa yang berasal dari Asia Tengah, Turki memang mudah berasimilasi dengan bangsa lain. Dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran, Turki mengambil dari kebudayaan Byzantium. Sedangkan dalam bidang keagamaan, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan hukum mereka berguru kepada bangsa Arab. Hingga akhirnya huruf Arab menjadi huruf resmi kerajaan. (Yatim, 2001: 288)
Sebagai sebuah kota besar pada zamannya, di Istanbul berdiri berbagai sarana dan prasarana publik. Tak kurang ada 81 masjid besar serta 52 masjid berukuran sedang di kota itu. Untuk mendidik para generasi muda, tersedia 55 madrasah, tujuh asrama besar untuk mempelajari Al-Qur’an.
Semasa Sulaiman I memimpin, ia membangun banyak masjid di Istanbul. ia juga membangun sekolah, rumah sakit, pemandian, dan saluran air. Sebanyak 235 buah bangunan berdiri pada masanya.
Fasilitas sosial pun bermunculan, tak kurang lima takiyah atau tempat memberi makan fakir miskin berdiri. Tiga rumah sakit disediakan untuk mengobati penduduk kota. Tujuh buah jembatan juga dibangun untuk memperlancar arus transportasi. Guna menunjukkan kejayaannya, kerajaan Usmani membangun 33 istana dan 18 unit pesanggrahan. (Syalabi, 1998: 25)
Selain itu, 33 tempat pemandian umum juga telah disediakan di berbagai penjuru kota. Untuk menyimpan benda-benda bersejarah, pemerintah Usmani pun menyediakan lima museum (Yatim, 2001: 106). Kemakmuran muncul karena adanya kedamaian pada penduduknya, simbol dari kemakmuran sebuah bangsa adalah peninggalan yang berfungsi memenuhi kebutuhan tersier manusia, sebagai bukti untuk masa depan.
Pada 14 Juli 1509, Istanbul sempat diguncang gempa bumi dahsyat atau yang dikenal sebagai ‘kiamat kecil’. Ribuan bangunan yang awalnya berdiri kokoh akhirnya luluh lantak. Mulai 1510 M, Sultan Bayezid bahu membahu membangun kembali kota Istanbul selama 80 tahun. Hingga akhirnya, kota Istanbul kembali tampil megah dan gagah.
Masyarakat Istanbul sangat heterogen. Kesultanan Usmani membentuk reaya yang terorganisasi menjadi sejumlah komunitas kecil. Sudut pandang Usmani menekankan kelancaran urusan pendidikan, pembayaran zakat, pengadilan dan shodaqoh.
Dalam bidang pendidikan, Sultan Sulaiman I mendirikan beberapa universitas di Istanbul. Pada akhir abad 15, beberapa perguruan tinggi dalam sebuah hirarki yang menentukan jenjang karir bagi ulama-ulama besar. Madrasah diorganisir menurut fungsi dan tingkat pendidikan yang diajarkan. Madrasah tingkat rendah mengajarkan nahwu, sharaf, mantiq, teologi, astronomi, geometri dan retorika. Perguruan Tinggi mengajarkan hukum dan teologi. (Maryam, 2003: 137)
Pada mulanya, perkembangan kehidupan keagamaan di Istanbul hanya di bidang Tarekat. Kajian kajian ilmu keagamaan seperti Fiqh, Kalam dan Hadis tidak mengalami perubahan berarti. Para penguasa cenderung menegakkan satu paham keagamaan dan menekan paham lain. Kitab al-Hushun al-Hamidiyah menunjukkan Sultan Abdul Hamid II ingin mempertahankan Asyariyah dari kritikan lawan. Ulama hanya diperbolehkan menulis syarah dan hassiyah terhadap kitab-kitab klasik. Akibatnya, ijtihad pada masa itu tidak bisa berkembang (Yatim, 2001: 137).
Pada tahun 1727 M pada masa Ibrahim Muteferika -seorang ilmuwan terkemuka- membuka percetakan di Istanbul. Sebagai respon terhadap fatwa dari Syekh al-Islam kerajaan. Buku-buku selain al-Quran, Hadits, Fikih, ilmu Kalam dan Tafsir juga mulai diperbolehkan untuk dicetak. Sejak itulah, buku-buku tentang kedokteran, astronomi, ilmu pasti, sejarah, dan lainnya dicetak. Apalagi mulai 1727 M sudah mulai berdiri badan penerjemah.
Berbeda dengan Umayyah, Abbasiyah dan Andalusia, penekanan pembangunan pada masa Daulah Usmani lebih berkonsentrasi pada pertahanan dan armada perang. Fungsinya untuk memperluas wilayah kekuasaan. Sementara perkembangan ilmu pengetahuan kurang mendapat prioritas.

Aya Sophia
Bangunan Aya Sophia didedikasikan oleh Kaisar Kostantinus II (337-361) pada tahun 360. Aya Sophia dirancang oleh Isidorus dan Anthemus. Arsitekturnya mengikuti model bangunan lengkung Romawi Klasik. Pada saat itu Aya Sophia lebih dikenal dengan gereja Theodosius. Lebih seratus tahun berikutnya, tepatnya tahun 532 gereja Theodosius dihancurkan, dan secara besar-besaran, atas perintah Raja Justinianus I (527-565 M) kembali dibangun. Raja Justinianus I mendatangkan arsitek dari seluruh dunia ke Konstantinopel untuk pembangunannya. Bahan-bahan bangunan juga didatangkan dari berbagai negara seperti Syria, Mesir dan Anatholia beserta corak arsiteknya. Gereja kembali dibuka tanggal 27 Desember 537 setelah memakan waktu selama 5 tahun, 10 bulan dan 24 hari. (commongroundnews.org)
Setelah Konstantinopel berpindah ke tangan kerajaan Islam, maka Sultan Muhammad II merobah Aya Sophia menjadi masjid. Shalat Jum’at pertama dilakukan pada tanggal 1 Juni 1453. Selanjutnya Sultan ini selalu melakukan shalat Jum’at di Masjid ini, sekaligus untuk memelihara bangunannya. Sultan Muhammad II juga mendirikaan masjid yang semegah Aya Sophia. Semasa kepemimpinan Sultan Mahmud (1750-1754). Masjid direhab oleh arsitek Hoja Sinan yang tidak menyukai corak bangunan barat. Sebuah bangunan masjid yang indah penuh dengan kaligrafi di dalamnya serta berbagai keramik dengan corak yang menarik dipandang mata. Tak heran, jika pengaruh Bizantium ikut mewarnai gaya arsitektur Islam di Turki. Kemegahan bangunan Gereja Aya Sophia banyak mewarnai arsitektur masjid di Istanbul. (Maryam, 2003: 137)
Bentuk dan corak Aya Sophia menjadi inspirasi bagi kemajuan arsitektur. Bentuk bangunannya yang lengkung dan khas Romawi Klasik dijadikan acuan untuk membuat bangunan lain. Beberapa arsitek kemudian merancang fitur seperti kubah tunggal yang besar, menara yang tinggi menjulang, dan tiang besar yang menyangga ruang tengah istana. Hal tersebut dapat dilihat pada masjid Sultan Muhammad II, masjid Abu Ayyub al-Anshari, masjid Sulaiman al-Qanuni dan masjid Bayazid. (Maryam, 2003: 137)

Kehidupan Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Istanbul mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama. Kerajaan sangat terikat kepada syariat. Fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Dalam bidang pemerintahan, sultan-sultan Usmani menempatkan Mufti atau Syaikhul Islam di Istanbul sebagai wakil sultan dalam mengurusi bidang agama. Mufti berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarkat. Tanpa legitiasi seorang mufti, keputusan hukum kerajaan tidak bisa berjalan. Sedangkan untuk urusan non-keagamaan, ditunjuklah seorang Shadrul Adham (Yatim, 2001: 137).
Para Sultan menyadari kebesaran Turki Usmani tidak bisa lepas dari peran Tarekat Bektasy. Ahmad Yasawi (w. 562/1167) mendirikan Yasawiyyah di Turki. Tarekat ini berpengaruh di Turkestan Barat, dan dari tarekat induk itu lahir tarekat Bektasyiyyah, yang dikembangkan oleh Hajji Bektasy (w. 1338). Ia berkembang di Anatolia. Ketika ibukota Turki Usmani pindah ke Istanbul, pusat gerakan Tarekat Bektasy juga pindah. Hal ini dikarenakan sebagian besar prajurit elit Jenissari menganut mazhab ini. Sebuah sumber mengkategorikan Bektasy sebagai tarekat pengikut Syiah (van Bruinessen: 89-92). Tarekat lain yang berkembang adalah Maulawi. Bedanya, tarekat Maulawi mendapat dukungan dari kaum sipil dan penguasa. (Yatim, 2001: 137)
Secara umum, kedua tarekat ini mengajarkan keyakinan bahwa tasawuf mampu mengantarkan manusia berkomunikasi langsung dengan Tuhan. Ajaran lainnya adalah tentang berkah, syafaat, karamah dan ziarah kubur. Tarekat ini banyak dianut karena berfungsi mempertautkan batin manusia dengan Tuhan. Selain itu, tasawuf yang diajarkan oleh tarekat ini bersikap sangat toleran terhadap keyakinan dan praktek keagamaan lokal. Sikap ini sangat menarik mereka yang baru saja masuk Islam dan setengah Islam. (Lapidus: 444-445)
Sikap di atas pernah ditunjukkan oleh Sultan Muhammad II, ia melakukan penataan hal ihwal orang Kristen Yunani yang tinggal di Istanbul. Dalam penataan tersebut, sultan Muhammad II memberikan bebas pajak kepada gereja. Sultan sebagai orang Islam menghormati keyakinan orang lain. Hal yang sama juga berlaku bagi agama Yahudi. Setiap agama mempunyai komunitasnya sendiri yang disebut millet. Sultan memberikan kebebasan umat Kristen untuk memilih patriach. Setelah patriach terpilih, Sultan secara langsung melantiknya dengan memberikan tongkat dan memasukkan cincin ke jarinya.
Istanbul adalah ibukota Turki di Eropa, kota ini lebih terkenal dari ibukota Turki di Asia, Ankara. Sebagaimana Jakarta, Istanbul merupakan gambaran keanekaragaman orang Turki. Di sana terdapat peninggalan-peninggalan yang menunjukkan proses pencarian identitas dari bangsa Turki. Sebuah bangsa yang semula hanyalah suku-suku kecil nomaden. Mereka memeluk Islam dan menjadi prajurit–prajurit kerajaan Abbasiyah. Hingga kemudian menguasai tiga benua (Asia, Afrika dan Eropa) selama tiga abad dari tahun 1453 M sampai abad 18 M. (Hitti, 1970: 914)
Saat ini, cara berpikir orang Turki dalam bidang keagamaan terbelah menjadi dua bagian. Bagian barat dan bagian Timur. Gerakan Keislaman di Turki bagian Barat berpusat di Ankara dan Istanbul, sedangkan di bagian Timur berpusat di Kahramannaraz dan Mardin. Mayoritas penduduk Istanbul bermazhab Hanafi. (Abdullah, 1996: 188)
Di Istanbul terdapat dua kelompok pemikiran yang mewakili kehidupan keagamaan di Turki, yaitu Kelompok Tarekat dan Kelompok Fundamentalis
Tarekat Naqsyabandiyah adalah kelompok yang basisnya sebagian besar di wilayah Anatolia. Pengikut tarekat ini kebanyakan taat kepada syeikh yang akhirnya membentuk perkumpulan politik. Hingga saat ini, golongan Naqsyabandi mempunyai hubungan yang erat dengan pemerintah dan partai politik.
Kelompok Fundamentalis ini tidak mengidentifikasi dirinya dengan kelompok tertentu. Mereka lebih suka bila disebut Muslim saja. Meskipun pada kenyataannya dalam kehidupan keagamaan mengikuti mazhab Hanafi. Sebagaimana kelompok Tarekat, kelompok ini ingin mengembalikan Islam seperti zaman sahabat (Abdullah, 1996:185).
Pandangan umat Islam Indonesia terhadap muslim Turki hingga saat ini masih miring. Hal itu merupakan efek dari sekularisasi yang dilakukan oleh Kemal Attaturk. Dalam pandangan kita, sekularisasi selalu bermakna negatif. Kenyataannya itu sudah berlangsung pada masa lalu (tahun 1930-an). Sejak dasawarsa 1980-an, perkembangan Islam di Istanbul, atau Turki pada umumnya sampai sekarang sudah banyak berubah. Kerinduan akan nuansa agamis pemuda-pemuda Turki sudah mendapat perhatian dari pemerintah.

Senin, 04 Februari 2013

Fakta keharaman babi di Bible dan Al Quran


Nabi Isa as mengharamkan babi  berarti Injil  mengharamkan babi ?

Babi adalah hewan yang haram, anak kecilpun tahu. hewan ini sangat jorok dan banyak membawa mudhorot, namun orang kristen sangat bodoh dan memakan babi dengan alasan tidak haram. padahal dalam kitab mereka dengan jelas dikatakan bahwa babi HARAM.
ini buktinya ..
Alkitab cetakan baru tahun 1996-2005
Imamat 11:7-8 Demikian juga babi hutan , karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu.
Ulangan 14:8 juga babi hutan , karena memang berkuku belah, tetapi tidak memamah biak; haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan janganlah kamu terkena bangkainya.
Alkitab cetakan lama 1991
Imamat11 :7-8 Demikian juga  babi , karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak, haram itu bagimu.
Alkitab cetakan lama tahun 1941
Imamat 11:7-8 Dan lagi babi , karena soenggoehpon koekoenja terbelah doewa, ija itoe bersiratan koekoenja, tetapi tidak ija memamah bijak, maka haramlah ija kapadamoe.Djangan kamoe makan dari dagingnja dan djangan poela kamoe mendjamah bangkainja, maka haramlah ija kapadamoe.
Catatan: Menurut Alkitab babi itu haram. Kenyataanya oleh mereka babi diternak secara khusus, dipelihara, dirawat dan dijadikan sebagai bahan dagangan, dagingnya diperjualbelikan sebagai sumber penghidupan. Padahal jangankan memakannya, menyentuh tubuhnya saja dilarang dalam Alkitab.
Semua umat Islam mengharamkan babi. Tetapi hampir semua umat Kristiani justru makan babi, kecuali sebagian kecil saja dari sekte Advent. Ini membuktikan bahwa yang ikut firman Allah dalam Alkitab tentang haramnya babi, adalah umat Islam.Sementara umat Kristiani yang menjadikan Alkitab sebagai Kitab Sucinya, justru tidak mengharamkan makan babi, bahkan babi merupakan makanan kesukaan mereka.
Menjadi pertanyaan, mengapa umat Kristiani tidak mengharamkan makan babi, justru malah mereka menghalalkannya?? Ternyata tanpa mereka sadari, mereka telah  mengikuti paham Paulus yang mengatakan bahwa segala sesuatu itu halal. Perhatikan ucapan Paulus sbb:
1. Korintus 6:12 Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.
Ayat-ayat dalam berbagai bahasa tersebut adalah Surat Kiriman Paulus kepada jemaatnya didaerah Korintus. Pendapat Paulus yang menghalalkan sesuatu, seperti daging babi dan lain-lain, bertolak belakang dengan firman Allah yang mengharamkan babi.
Sebagai umat beragama yang taat, semestinya yang diikuti adalah firman Allah, bukan pendapat Paulus yang hanya manusia biasa.
Seandainya umat Krsitiani mengikuti firman Allah tentang haramnya babi dll, dan bagaimana cara menyembelih hewan, rasanya dalam hal makanan, tidak terlalu diragukan lagi antara Islam dan Kristan bila menghadapi jamuan atau sejenisnya.
Ada juga sebagian umat Kristiani mengatakan bahwa yang haram itu adalah "babi hutan", jadi "babi piaraan" tidak haram. Padahal Alkitab cetakan lama tertulis "babi", sementara Alkitab cetakan baru dirobah menjadi "babi hutan" Tentu saja yang benar yaitu "babi", sebab semua Alkitab cetakan lama tertulis "babi".
Makna "babi haram", berarti semua babi haram, tidak bisa dimakan, termasuk babi hutan. Tetapi "babi hutan haram", berarti semua babi bisa dimakan, kecuali babi hutan.
Contoh: kata "dilarang merokok" maknanya semua rokok apapun mereknya tidak bisa di hitung. Sedangkan dirobah menjadi "dilarang merokok bentoel", berarti semua rokok bisa di hisab, kecuali rokok bentoel bukan? Ini membuktikan bahwa penambahan satu kata saja bisa merobah makna dan arti.
Contoh lain "orang" jika ditambahkan kata "hutan" akan menjadi "orang hutan", tentu artinya sangat jauh berbeda. Demikian juga "babi" dengan "babi hutan" pasti berbeda.
Tetapi sebagian umat kristiani ada juga yang menjadikan alasan babi halal berdasarkan Injil Matius 15:11 sbb:
"Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk kedalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut yag menajiskan orang."
Alasan tersebut tidak rasional dan tidak kuat, sebab jika asal masuk kedalam mulut manusia tidak menajiskan, bagaimana jika yang masuk ke mulut adalah: ganja, Morphin, shabu-shabu dan sejenisnya apakah jadi halal walaupun merusak tubuh, jiwa dan pikiran manusia?
Yang namanya ganja, Morphin, shabu-shabu dan sejenisnya, walaupun sebelum masuk ke mulut manusia dibacakan doa kepada Tuhan atau Yesus, tetap aja haram hukumnya.
Nah ternyata apa-apa yang benar, yang pernah difirmankan oleh Allah dalam Alkitab seperti babi haram, diwahyukan kembali oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi kita Muhammad Saw, didalam Al Qur'an. Alhamdulillah, dimanapun, siapapun dan sampai kapanpun umat Islam tetap akan mengharamkan babi. Firman Allah SWT, babi haram: Qs 2 Al Baqarah 173, Qs 5 Al Maidah 3, Qs 6 Al An'aam 145, dan Qs 16 An Nahl 115.
Contoh: Qs 2 Al Baqarah 173
173. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Qs An 'aam 145
145. Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "